Sebenarnya hal ini disadari oleh tenaga-tenaga pendidik di kampus dan telah berusaha untuk mengirimkan questioner untuk mengambil data mengenai perkembangan alumni, menginput saran dari alumni mengenai konten kurikulum apa yang harus difokuskan, ditambahi, dikurangi atau bahkan dihilangkan.
Salah satu kendala utama adalah banyaknya alumni yang tidak mau mengisi dan merespon questioner tersebut. Alumni-alumni yang tidak merespon ini biasanya alumni yang merasa dizalimi saat masih kuliah dulu. Misalnya tugas skripsinya yang dipersulit, dosen-dosen yang anti kritik, dosen-dosen yang sesuka hatinya mengganti jadwal kuliah dan sebagainya. Hal-hal seperti ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi para dosen.
Kadang-kadang dosen menganggap mahasiswa sudah sangat dewasa dan mandiri, padahal mereka belum sedewasa itu, mereka masih membutuhkan bimbingan layaknya orangtua kepada anaknya, secara proporsional tentunya.Apabila hubungan antara dosen dengan mahasiswa baik, maka ketika mahasiswa tersebut telah menyelesaikan studinya, mungkin tanpa dipintapun mereka akan dengan senang hati mengabarkan (keep contact) kondisi mereka di tengah-tengah masyarakat, dan juga memberikan saran-saran untuk meningkatkan kualitas kurikulum pendidikan yang diterapkan.
Mudah-mudahan hal ini menjadi perhatian serius bagi KEMDIKNAS khususnya DIKTI dalam mengamati perkembangan kealumnian dan hubungan antara alumni dengan almamaternya, serta memberikan dukungan-dukungan, misalnya menjadikan keeratan hubungan alumni dengan almamater melalui parameter-parameter yang ditentukan, sebagai salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam meberikan grade suatu lembaga pendidikan tinggi.
http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/12/peranan-alumni-dalam-meningkatkan-sistem-pendidikan/
0 comments:
Post a Comment