Inilah Alasan Kenapa Polisi Tolak Lulusan Pesantren*
Lulusan Pesantren Ditolak Mendaftar Polisi di MaduraSaya terkesima dengan reportase Kompasianer A.Dardiri Zubairi yang di-share Iskandar Zulkarnaen di facebook. Dalam artikel itu, dikisahkan seorang lulusan pesantren ditolak mendaftar sebagai calon bintara polisi. Sayapun berkomentar: “Relakan Saja Cak”. Penulisnya melayani komentar saya dengan sebuah kata: TERLALUH.
Saya diam dan berkata dalam hati: “Tindakan polisi tersebut sudah benar. Lulusan pesantren itulah yang salah”.Saya tetap bersikukuh bahwa langkah polres Sumenep sudah benar, lulusan pesantrenlah yang keliru. Walau pak polisi menyatakan bahwa Mohammad Azhari tak tercantum MA Pesantrennya, itu hanyalah penghalusan bahasa yang diucapkan sang polisi.
Polisi hanya tidak ingin terus terang, ia sebenarnya ingin mengucapkan seperti ini: “Dek, saya sarankan agar tak mendaftar di sekolah kepolisian. Sebaiknya memilih institusi lain. Di kepolisian apa yang Adek cari. Karena yang diketahui orang banyak; institusi kepolisian itu kotor, banyak praktik sogokan, pemutarbalikan fakta dan bahkan polisipun tak sedikit yang terlibat dalam tindak kriminal“.
Jika Anda bersikukuh untuk mendaftar di sini, dan lulus, kemudian menjadi polisi. Berarti Anda telah siap dan menerima perilaku kepolisian kita. Perilaku yang tak pernah diajarkan di sekolah-sekolah atau pesantren yang pernah Anda alami di sana.
Janganlah Dik masuk di sini, Adik salah alamat. Inilah alasan kepolisian sehingga Anda ditolak. Bukan soal administrasi, bukan pula karena alasan lain. Tetapi alasan utama kepolisian, Anda tidak cocok dengan iklim kepolisian, di sini banyak tipu-tipunya.
Saya kira bukan hanya kepolisian yang akan menolak Anda, kementerian agamapun akan menolak Anda, sebab lagi-lagi, tak mungkin Anda mau mengotori diri dengan bergabung di institusi ini. Beterima kasihlah kepada POLRES Sumenep, sebab penolakan ini menghindarkan Anda dari kehancuran dan praktik-praktik kriminal dan perlawanan terhadap hukum yang mereka buat sendiri.
* * *
Saya Kompasianer Makassar dan kebetulan keluarga polisi, paham benar perilaku ‘unik’ polisi-polisi kita. Jadi kepada Adik-adik lulusan pesantren se Indonesia, bersyukurlah jika Anda ditolak menjadi polisi sebab Adik-adik meminimalisir akan dosa-dosa kecil, menengah dan dosa besar.
Bukankah para Kyai kita di pesantren telah mengajarkan untuk menjauhkan kebathilan?. Sedang Adek-adek paham persis di institusi kepolisian banyak kebathilan, di sana!. Sekokoh apapun keimanan Adik-adik, kalian tak mungkin mengalahkan kebathilan yang terorganisir di institusi yang nota bene penegak hukum ini. Ingat untaian kalimat Ali bin Abu Thalib: “Kejahatan terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”
Saya berikan kisah sejati: Sepupu saya, perilakunya begitu baik sebelum direkrut menjadi polisis di SPN Batua di Makassar. Setelah menjadi polisi, saya tak menyangka, ia berubah drastis, mulutnya beraroma alkohol, suka memukul orang, orangtuanya tak dihargai lagi, dan pernah sekali melakukan tindakan aborsi kepada pacarnya. Naudzubillahi min dzalik. Potret polisi yang juga sepupu saya ini hanyalah sebagian kecil dari tindak tanduk polisi kita di tanah air.
Praktik-praktik liar, tilang menilang di tempat, sogok-sogokan untuk menjadi polisi, salah dibenarkan, benar disalahkan, polisi nyabu. Inilah tugas dan kewajiban dari kapolri ke kapolri yang tak kunjung selesai. Semoga wajah kepolisian kita akan bercermin dan berdandan untuk mereformasi diri, mejadi lebih baik dan beanr-benar menjadi pelindung masyarakat, bukan pelindung bandar narkoba, pun bukan pula backing-backing kriminalisasi***.
*Muhammad Armand. Lahir di Polewali Mandar-Sulawesi Barat. Ikatan Alumni Universitas Indonesia. Mengajar di Universitas Hasanuddin, Makassar-Sulawesi Selatan. Etnis Mandar. Islam Sunni
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/06/26/inilah-alasan-polisi-tolak-lulusan-pesantren/
0 comments:
Post a Comment