Konon, jenis penulis itu ada banyak macamnya, Kiat menulis : Bicara Itu Gampang, Begitu Juga Menulis, Tapi…. Ada penulis yang menulis semata-mata ingin menulis, ada yang ingin tulisannya dibaca banyak orang, ada yang sekdear cari nama, dan beberapa jenisnya lagi. Bambang Trim, seorang yang bergerak di bidang penerbitan membaginya dalam beberapa kategori dalam bentuk puisi di bawah ini:
Engkau Penulis yang Mana?
FIKSI | 01 January 2013 | 12:28
Ada penulis pena terlena: setiap saat asyik berkarya
Selalu lupa pada pembaca
Merasa karya enak dibaca
Ada penulis pena perdana
: suatu saat menghasilkan karya
Setelah itu tak terdengar nama
Karya pertama dan satu-satunya
Ada penulis pena terpana
: setiap saat asyik bertanya
Mengumpulkan karya sejumlah penulis ternama
Tapi hanya terbuai angan belaka
Ada penulis pena terhina
: setiap saat dicerca naskahnya
Tiada pernah ia beranjak sempurna
Karena ia tidak pernah tahu menulis untuk apa
Ada penulis pena merana
: setiap saat mengeluh menderita
Beridealisme tanpa rencana
Menulis tak dihargai semestinya
Ada penulis pena durjana
: setiap saat mencari celah
Plagiat karya berpuluh jumlah
Naskah orang dibubuhi namanya
Ada penulis pena berdana
: setiap saat terobsesi bernama
Terpikat penerbitan swakelola
Menerbitkan sendiri siapa sangka
Ada penulis pena kelana
: setiap saat entah pergi kemana
Backpacker sebutan mengena
Menulis di mana saja dan apa saja
Ada penulis pena bahana
: setiap saat menajamkan karya
Tidak berkompromi dengan kualitas rendah
Setiap naskah mengejutkan dunia
Ada penulis pena bermakna
: setiap saat merenungi cinta
Mengikat makna amat sempurna
Karyanya mulia bertenaga
Engkau penulis yang mana?
Sedang aku masih bukan penulis bernama
—–
Mencermati puisi di atas, setidaknya bisa membuat kita bercermin. Apakah kita salah satunya? Atau termasuk jenis penulis manakah kita?
Menulis memang ajaib. Banyak hal bisa terjadi karena kita menulis. Ada yang dengan tulisannya bisa mengubah hidupnya sendiri maupun mengubah hidup orang lain. Ada pula yang berkat menulis namanya menjadi begitu tenar dan rejeki mengalir.
Fakta di atas tentu menarik. Tidak salah bila kita pun tertarik untuk menjadi seorang penulis. Maka mengenali jenis-jenis penulis seperti pada puisi di atas, kiranya penting untuk kita lakukan. Minimal sebagai bekal, bila nanti telah berhasil menjadi penulis kita bisa tetap bertahan pada jalur yang benar. Dan kalaupun kita masih merintis ‘karir’ di dunia penulisan, kita bisa segera memperbaiki orientasi bila ternyata orientasi kita selama ini termasuk jenis penulis yang ‘kurang baik’.
Mungkin ada baiknya kita bertanya, apakah kegiatan menulis kita membawa kemanfaatan bagi orang lain? Banyak penulis yang menuliskan segala sesuatunya menjadi begitu sangat mudah. Terhadap kurikulum misalnya, seorang penulis mengingatkan bahwa kurikulum harus ini, harus itu. Akan tetapi, penulis tersebut tidak sama sekali menuliskan arahan apa yang harus dilakukan. Akibatnya, tulisannya hanya berhenti sebatas menghimbau, dan dengan himbauan tersebut seolah-olah segala persoalan selesai.
Kiranya memang penting untuk terus-menerus menguatkan guru agar percaya diri dengan segala kurikulum yang diterapkan. Hanya saja, bila guru terus-menerus dijejali dengan tulisan model ini, bukan tidak mungkin guru akan merasa terus ditekan dan akhirnya malah dengan sendirinya terbunuh ‘kreativitasnya”. Minimal, dalam hati mereka bila,”Huh….bicara sih mudah, menjalankannya itu yang susah!”
Tentu bukan kondisi seperti itu yang kita harapkan. Oleh karenanya, mungkin ada baiknya kita mempertimbangkan agar dalam menulis kita lebih memperhatikan efek tulisan yang kita hasilkan. Minimal, agar tulisan kita bisa memberikan manfaat ‘memudahkan’bagi pembaca, dan bukan malah menimbulkan kesulitan atau kegamangan baru. Salam! Kiat menulis : Bicara Itu Gampang, Begitu Juga Menulis, Tapi….(sumber : sindu kompasiana)
0 comments:
Post a Comment