Monday, June 11, 2012

Empedu kemasan Pendidikan Ala Sutradara Sinetron

Rok Mini putih Abu-abu  sumber http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/05/30/rok-mini-putih-abu-abu/

Menjadi sutradara tentunya harus berilmu, -mengenai bidang sutradara tentunya- sehingga karya yang dibuat memenuhi setidaknya unsur-unsur intriksi sebuah drama yang didalamnya terdapat amanat. Kalau didalamnya tidak terdapat amanat maka karya tersebut tidak memenuhi. Apalagi kalau malah di dalamnya bukan tidak ada, tapi malah mengajarkan hal negatif.


Kami (tim redaktur blog kecil ini) sempatkan untuk browsing apakah ada yang merasakan apa yang kami rasakan, keprihatinan atas promosi kebodohan. Jahilyah


Mengutip tulisan bagus Bapak   Widi Kurniawan yang berkpmentar mengenai SALAH SATU sinetron remaja :
Sempat saya menengok di situs SCTV.co.id untuk memperoleh informasi mengenai “Putih Abu-abu”, dan ringkasan resmi dari SCTV tentang program tersebut adalah:
“Sinetron remaja berjudul “Putih Abu-Abu” yang tayang setiap hari di SCTV terinspirasi dari maraknya boyband dan girlband di Tanah Air. Putih Abu-Abu yang merupakan sinetron unggulan sengaja dibuat untuk memberikan inspirasi kepada remaja agar bersungguh-sungguh meraih cita-cita.

Dan untuk lebih mendekatkan para penggemar sinetron “Putih Abu-Abu”, SCTV kembali menayangkan acara bertajuk “SU Konser Istimewa Putih Abu-Abu Chapter 2″ yang tentu saja lebih seru dan heboh. Dimeriahkan oleh boyband dan girlband ngetop antara lain Cherrybelle, 7icons, Blink, Vierra, Dragon Boyz, serta pemain sinetron “Putih Abu-Abu”.

Wow, jadi acara beginian dibilang bakal memberikan inspirasi bagi remaja? Nekat bener nih SCTV, kalau cita-citanya hanya untuk ngejar cinta berlabel monyet atau jadi idola di panggung dengan suguhan pamer paha, apa itu yang namanya inspirasi?  http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/05/30/rok-mini-putih-abu-abu/
Hari-hari ini menggarap sinetron mengenai remaja tentunya akan mendapat rating tersendiri, sebab selain memang banyak entertainer yang membidik pasar remaja (bisa dilihat dari banyaknya acara remana : konser musik tiap pagi dan sore, lagu-lagu tiap siang, sinetron), tema remaja khususnya CINTA memang tak lekang jaman. Menggiurkan, renyah dipasaran.

adegan 2 laki-laki dan satu perempuan masih berseragam dan di dalam kamar. kita tahu kamar adalah area privat 


Nah, para orang tua yang budiaman, pembaca yang bijak dan pemerhati pendidikan sekalian...

sekarang kita lihat, pendidikan atau gambaran sekolah yang ada dalam sinetron terlalu jauh dari lingkungan sekolah yang sebenarnya, cenderung menyesatkan. Tengoklah, seorang remaja putri memakai rok mini di sekolah? Sutradaranya yang tak pernah memakan bangku sekolah, sensor film yang tak tahu pendidikan, atau masyarakat kita yang sudah tak begitu peduli lagi dengan isi layar kaca dan menganggapnya itu lumrah. Miris, belum hal negatif lain yang tak mendukung dunia pendidikan.

adegan permusuham, bullying


Dunia pendidikan, sekolah identik dengan pelajaran itu sendiri, menuntut ilmu, diskusi, praktikum, majelis ilmu dan hal-hal yang benar-benar mengidentikan rumah ilmu yang mulia. Kita tentu merindukan sosok lintang dalam laskar pelangi, yang mengayuh sepedanya melewati medan yang sulit, menghindari hewan buas:buaya menempuh jarah kiloan jauhnya untuk sekolah, dengan sembilan temannya yang salah satunya keterbelakangan mental. Jiwa-jiwa pembelajar seperti itulah yang harusnya ditanamkan, bukan seorang pemuda tampan dengan baju tidak dimasukkan dengan pelan mengendarai mobil kemudian menggoda teman perempuannya satu sekolah. Neraka apa ini

Indonesia akan besar dengan generasi pelajarnya yang cinta ilmu, yang berkumpul dikelasnya membicarakan pelajaran, mengikuti kegiatan pramuka, berdikusi di perpustakaan, menulis di ruang ekstra jurnalistik. Memang agak naif dan kurang menarik jika dijadikan sinetron, kalau itu sutradaranya tak kreatif dan pembuat naskahnya hanya seorang pemodal.

Coba sekali lagi kita tengok, pelajar SMA (dengan ciri seragamnya putih abu-abu), malam hari paginya sekolah nongkrong di kafe -ikon foya-foya- apa yang mereka bahas? melindungi salah satu cewek di sekolahnya dari kelompok perempuan lain. penting?

Semuanya ini pembodohan agar orang tua dan pelajar itu sendiri, jauh dari budaya ilmu yang sesungguhnya. Iya, masyarakat sudah cerdas dan mampu memfilter tayangan mana yang bagus. Masalahnya yang bagus sangat minim, bahkan mendekati tidak ada.

Salam pendidikan, Guru yeah!!

0 comments: